Listrik Indonesia | Penurunan produksi timah Indonesia pada tahun 2024 memberikan dampak besar terhadap pergerakan harga global. Direktur Utama MIND ID, Maroef Sjamsoeddin, mengungkapkan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI pada Rabu (14/5), bahwa turunnya pasokan dari Indonesia ikut mendorong lonjakan harga timah internasional.
“Pasokan dari Indonesia yang menyusut mengerek harga rata-rata timah dunia dari 26.583 dolar AS per ton pada 2023 menjadi 31.164 dolar AS per ton pada 2024. Ini membuktikan bahwa peran Indonesia sangat berpengaruh dalam pasar global,” jelas Maroef.
Indonesia memang masih menjadi salah satu pilar utama dalam industri timah dunia. Pada 2023, Indonesia berhasil memproduksi sekitar 65 ribu ton timah, mencakup 17,5 persen dari total pasokan global. Namun pada 2024, angkanya merosot drastis menjadi 45 ribu ton, yang berarti kontribusi Indonesia turun menjadi hanya 12 persen dari total dunia.
Maroef menegaskan, meskipun produksi menurun, posisi Indonesia sebagai pengatur harga tetap tak tergantikan. Hal ini tak lepas dari sifat timah yang masih belum bisa digantikan oleh komoditas lain.
“Timah masih menjadi material penting yang belum ada penggantinya. Permintaan pasar pun terus tumbuh setiap tahun,” ujarnya.
Saat ini, pasar timah global didominasi oleh tiga negara penghasil utama: Cina, Peru, dan Indonesia. Di Indonesia sendiri, kegiatan produksi dikelola oleh PT Timah sebagai BUMN, serta didukung sejumlah perusahaan swasta.
Melihat pentingnya peran para produsen dalam menjaga keseimbangan pasar, Maroef menyarankan agar kerjasama antarnegara penghasil timah diperkuat. “Sinergi antara Indonesia, Cina, dan Peru perlu ditingkatkan agar stabilitas pasokan dan harga bisa lebih terjaga di masa depan,” katanya.
