Listrik Indonesia | Pemerintah menetapkan wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) sebagai prioritas utama dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2025–2034. Dari total rencana penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 Gigawatt (GW) di seluruh Indonesia, hampir separuhnya yakni 33,5 GW akan dialokasikan untuk kawasan Jamali.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa dari total tambahan kapasitas di Jamali, sebanyak 19,6 GW akan bersumber dari pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Komposisinya terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Minihidro sebesar 432 Megawatt (MW), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 2.503 MW, Pembangkit Bioenergi 399 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya mencapai 10.932 MW, serta Pembangkit Listrik Tenaga Bayu sebesar 5.377 MW.
“Pengembangan pembangkit di wilayah Jamali akan dilakukan secara bertahap. Periode 2025–2029 akan menyumbang sekitar 12,5 GW, sedangkan 21 GW sisanya direncanakan masuk ke tahap kedua pada 2030–2034,” ujar Bahlil dalam konferensi pers di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (26/5/2025).
Selain Jamali, beberapa wilayah lain juga mendapat porsi penambahan daya yang signifikan. Di antaranya Sumatera dengan tambahan 15,1 GW, di mana 9,5 GW berasal dari EBT. Kemudian Sulawesi mencatatkan rencana penambahan 10,4 GW (7,7 GW EBT), Kalimantan sebesar 5,8 GW (3,5 GW EBT), serta kawasan Indonesia Timur meliputi Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara yang akan mendapatkan tambahan 4,7 GW, dengan 2,3 GW di antaranya berasal dari EBT.
RUPTL 2025–2034 menegaskan komitmen pemerintah untuk mempercepat transisi energi bersih sekaligus memperkuat ketahanan pasokan listrik di wilayah-wilayah strategis. Fokus pada EBT juga menjadi sinyal kuat untuk menurunkan emisi karbon dan mendukung target Net Zero Emissions (NZE) Indonesia di masa mendatang.
