Listrik Indonesia | Hubungan bilateral Indonesia dan Rusia semakin menguat dengan ditandatanganinya kesepakatan strategis di sektor minyak dan gas bumi (migas). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa nilai investasi dari kerja sama ini mencapai lebih dari USD 10 miliar.
Kesepakatan tersebut merupakan hasil langsung dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Rusia. Dalam pertemuannya dengan Presiden Vladimir Putin di Istana Konstantinovsky pada Kamis (19/6) waktu setempat, kedua negara menegaskan komitmennya untuk mempererat kerja sama energi, khususnya dalam eksplorasi dan produksi migas.
“Angkanya di atas 10 miliar dolar,” ujar Bahlil saat ditemui di Jakarta, Senin (23/6).
Sebagai tindak lanjut konkret, delegasi dari Rusia dijadwalkan akan mengunjungi Indonesia pada Kamis dan Jumat pekan ini. Dalam kesempatan tersebut, Pemerintah Indonesia juga telah menyerahkan sejumlah dokumen berisi daftar proyek migas yang potensial untuk dikerjakan bersama.
“Minggu ini, Kamis dan Jumat, tim dari Rusia akan datang ke Indonesia untuk memulai proses lanjutan. Ini bagian dari implementasi hasil pembicaraan Presiden,” kata Bahlil.
Bahlil menjelaskan bahwa fokus kerja sama akan mencakup pengembangan proyek gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) serta pasokan minyak. Selain itu, Rusia juga diundang untuk turut serta dalam eksplorasi wilayah kerja migas baru, termasuk lapangan-lapangan gas di wilayah offshore yang memiliki cadangan signifikan.
“Kami membuka peluang bagi mitra strategis Rusia untuk ikut dalam eksplorasi dan pengembangan cadangan gas baru di laut lepas,” tambahnya.
Indonesia sendiri saat ini memiliki sekitar 40 ribu sumur migas, namun hanya 16–17 ribu yang aktif berproduksi. Sisanya masih belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam kerja sama ini, optimalisasi sumur-sumur tua menjadi salah satu poin utama, mengingat Rusia memiliki pengalaman panjang dalam pengelolaan ladang migas yang telah berumur.
“Rusia punya teknologi dan pengalaman dalam mengelola idle well. Ini yang juga ingin kita manfaatkan, termasuk transfer teknologinya,” ujar Bahlil.
Lebih lanjut, Bahlil menyebut bahwa Kepala SKK Migas turut hadir dalam kunjungan ke Rusia sebagai bagian dari upaya membangun komunikasi dengan BUMN Rusia yang berpotensi menjadi mitra. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, juga ambil bagian dalam pembahasan untuk membuka ruang kerja sama yang lebih luas.
Kesepakatan ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia terbuka terhadap kolaborasi global dalam mengembangkan sektor energi nasional. Dengan dukungan teknologi dan investasi dari Rusia, diharapkan sektor migas Indonesia bisa lebih produktif dan efisien ke depannya.
