Harga Minyak Dunia Terancam Naik, Pemerintah Siaga!

Harga Minyak Dunia Terancam Naik, Pemerintah Siaga!
Ilustrasi Kapal Pengangkut LNG

Listrik Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyoroti potensi dampak serius dari ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Pemerintah Iran. Menurutnya, situasi geopolitik ini bisa memicu lonjakan harga minyak global yang berdampak langsung pada ketahanan energi nasional Indonesia.

“Kalau Selat Hormuz sampai ditutup, harga minyak dunia bisa melonjak tajam. Saat ini memang belum tembus 80 dolar per barel, masih di bawah asumsi APBN kita yang sebesar 82 dolar. Tapi kondisi ini tetap perlu kita waspadai,” ujar Bahlil dalam keterangannya di Jakarta, Senin (23/6).

Bahlil menekankan, pemerintah berharap konflik di kawasan Timur Tengah tidak berkembang lebih jauh. Namun, jika harga minyak dunia terus naik dan melebihi proyeksi APBN, pemerintah akan menyiapkan strategi lanjutan demi menjaga kestabilan pasokan dan harga energi di dalam negeri.

Sebagai langkah konkret, pemerintah mulai membuka opsi diversifikasi sumber energi dengan menggandeng negara-negara di luar kawasan Timur Tengah. Salah satu pendekatan strategis dilakukan melalui kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Rusia. Dalam lawatan tersebut, Bahlil bersama Kepala SKK Migas turut membahas potensi kerja sama energi dengan pemerintah dan pelaku industri Rusia.

“Kami sudah berdiskusi dengan pihak Rusia mengenai kemungkinan impor minyak mentah. Untuk LPG, saat ini kita masih mengimpor sekitar 80 persen dari kebutuhan nasional, atau sekitar 7 juta ton per tahun. Rusia bisa menjadi alternatif asal harganya kompetitif,” jelas Bahlil.

Tak hanya soal pasokan, kedua negara juga membuka peluang kerja sama di sektor hulu migas. Rusia disebut siap membantu Indonesia dalam meningkatkan lifting migas nasional melalui penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan optimalisasi sumur-sumur eksisting.

Menurut Bahlil, pembicaraan ini bukan sekadar wacana. Dalam waktu dekat, delegasi perusahaan energi Rusia akan datang ke Indonesia untuk melanjutkan pembahasan teknis dan investasi. Nilai potensi investasi dari kerja sama ini diperkirakan dapat menembus angka lebih dari US$10 miliar.

“Saya juga ajak Kepala SKK Migas dan Direktur Utama PT Pertamina, Pak Simon, dalam pembicaraan ini. Kita ingin menjalin kerja sama strategis dalam pengelolaan sumur migas, karena Rusia punya teknologi yang terbukti unggul,” pungkasnya.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Migas

Index

Berita Lainnya

Index