Aceh, Gerbang Utara dengan Harta Migas yang Tersembunyi

Aceh, Gerbang Utara dengan Harta Migas yang Tersembunyi
Kekayaan Migas Aceh

Listrik Indonesia | Di ujung barat laut Indonesia, Aceh berdiri sebagai wilayah yang bukan hanya kaya budaya dan sejarah, tetapi juga menyimpan potensi migas yang luar biasa. Karakter geologinya yang unik membuat provinsi ini kerap menjadi sorotan para ahli energi, salah satunya Prof. Dr. Ir. Muhammad Irham, S.Si., M.Si., yang menilai Aceh memiliki peluang besar di sektor migas. 

Secara geologi, Aceh berada di ujung utara Cekungan Sumatera yang terbagi dalam beberapa sub-cekungan. Di sisi timur, terdapat Cekungan Sumatera Utara yang membentang dari Aceh Tamiang hingga Pidie serta Laut Aceh di Selat Malaka. Sementara di lepas pantai barat, terbentang struktur cekungan busur muka Simeulue kawasan kaya sedimen tua yang diyakini menyimpan cadangan hidrokarbon. 

“Bahkan, studi terbaru mengindikasikan adanya gas hidrat di sedimen laut dalam di perairan barat Aceh. Ini adalah sumber energi non-konvensional yang di masa depan bisa menjadi game changer,” ungkap Prof. Irham. 

Warisan dan Temuan Baru 

Aceh bukan pendatang baru di dunia migas. Nama Lapangan Arun di Lhokseumawe sudah melegenda sejak 1975 sebagai salah satu lapangan gas raksasa dunia, dengan cadangan terbukti mencapai 16 TCF. Meski produksinya kini menurun, warisan itu menjadi fondasi kepercayaan bahwa tanah dan laut Aceh masih menyimpan kejutan. 

Selain Arun, lapangan North Sumatra Offshore (NSO) di dekat Aceh Selatan tercatat memiliki cadangan gas sekitar 5 TCF. Dalam beberapa tahun terakhir, temuan-temuan baru kembali bermunculan. Pertamina Hulu Energi North Sumatera Offshore, misalnya, berhasil menemukan gas hidrokarbon dan kondensat di Lhokseumawe pada 2023, dengan aliran gas mencapai 12,65 MMSCFD dari formasi karbonat Malaka Dalam. 

Di sektor lepas pantai, peta energi Aceh kian berwarna dengan keterlibatan perusahaan global. Mubadala Energy dari Uni Emirat Arab menemukan potensi gas lebih dari 6 TCF di Blok Andaman Selatan dan menargetkan produksi mulai 2028. Sementara konsorsium Repsol–BPMA–Mubadala–Harbour Energy di Blok Andaman Barat melaporkan cadangan hingga 9 TCF. Jika dijumlahkan, potensi cadangan lepas pantai Aceh kini diperkirakan mencapai 24 TCF. 

Gas Hidrat: Energi Masa Depan 

Salah satu potensi paling menarik adalah gas hidrat atau metana padat yang diperkirakan berada di zona stabilitas cekungan busur muka Simeulue. Secara nasional, Indonesia memiliki cadangan gas hidrat hingga 3.000 TCF. Jika teknologi ekstraksi sumber daya ini matang, Aceh bisa menjadi pionir pemanfaatan energi non-konvensional tersebut. 

Manfaat untuk Daerah dan Tantangan 

Bagi Aceh, migas adalah urat nadi penting perekonomian. Penerimaan dari sektor ini menjadi sumber utama APBD melalui pajak dan bagi hasil. PT Pembangunan Aceh (PEMA) melaporkan, 60% produksi gas saat ini sekitar 46 MMSCFD dari total 96 MMSCFD  dialokasikan untuk industri pupuk Pupuk Iskandar Muda, menopang ketahanan pangan nasional. 

Cadangan baru berpotensi memicu gelombang investasi besar, dari pembangunan fasilitas LNG berskala kecil hingga pembangkit listrik berbasis gas dan pabrik pupuk baru. Semua itu membuka peluang lapangan kerja dan memperkuat basis industri lokal. 

Namun, potensi besar ini juga datang dengan tanggung jawab. Aceh masih menghadapi tingkat kemiskinan 10–15% dari populasi. Para ekonom menekankan bahwa pendapatan migas sebaiknya diinvestasikan pada diversifikasi ekonomi mulai dari pengolahan hasil pertanian, perikanan, kehutanan, hingga energi terbarukan seperti panas bumi Seulawah. 

PEMA sendiri telah merambah sektor pangan, perdagangan kopi, hilirisasi kelapa sawit, serta teknologi penangkapan karbon di Lapangan Arun. Proyek terakhir ini diharapkan mendukung target net zero Indonesia sekaligus menciptakan sumber pendapatan baru dari pengelolaan emisi rendah. 

Persimpangan Masa Depan 

Seperti banyak daerah kaya sumber daya, Aceh berada di persimpangan jalan. Potensi migasnya besar, tetapi masa depan ekonominya akan ditentukan oleh seberapa bijak hasil bumi itu dikelola. Investasi di sektor energi harus berjalan beriringan dengan pembangunan berkelanjutan, agar kekayaan migas menjadi modal kemajuan, bukan sekadar catatan sejarah. 

Jika dikelola tepat, Aceh bukan hanya akan dikenal sebagai Serambi Mekah, tetapi juga sebagai gerbang energi strategis Indonesia di utara yang mampu memberi manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Migas

Index

Berita Lainnya

Index