Listrik Indonesia | PT Pertamina (Persero) terus memperkuat posisinya sebagai garda terdepan dalam mendukung transisi energi nasional menuju masa depan hijau yang berkelanjutan. Melalui rangkaian inovasi bahan bakar ramah lingkungan, Pertamina berhasil menunjukkan bagaimana ekonomi dan ekologi dapat berjalan beriringan dalam satu visi besar: mewujudkan energi bersih untuk Indonesia.
Komitmen tersebut diwujudkan melalui pengembangan biodiesel yang berevolusi dari B20, B30, hingga B40, dan kini memasuki tahap yang lebih revolusioner, yakni produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah.
Dalam ajang Indonesia International Sustainable Forum (IISF) 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menegaskan bahwa inovasi bahan bakar hijau ini merupakan wujud nyata perjalanan ekonomi dan ekologi yang saling melengkapi.
“Ini bukan hanya perjalanan sukses dalam hal ekonomi karena menciptakan penghematan devisa yang signifikan bagi negara, tetapi juga perjalanan ekologi. Menempatkan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) sebagai inti dari strategi Pertamina adalah sesuatu yang sangat berarti,” ujar Agung.
Transformasi Energi yang Berkelanjutan
Program biodiesel Pertamina, mulai dari B20 hingga B40, terbukti memberikan kontribusi besar terhadap kemandirian energi nasional. Selain menjaga ketersediaan pasokan energi, program ini juga menerapkan prinsip keberlanjutan dalam setiap tahap produksinya.
“Sejak penerapan B20 dan kini B40, Indonesia telah mampu memenuhi kebutuhan energi dalam negeri dengan sumber daya yang lebih berkelanjutan,” tambah Agung.
Tak berhenti di situ, inovasi Pertamina kini melangkah lebih jauh ke pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF), yang dihasilkan dari daur ulang minyak jelantah. Teknologi ini tidak hanya menekan emisi karbon secara signifikan, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru bagi masyarakat melalui sistem ekonomi sirkular.
“Kami telah menggunakan SAF dari minyak goreng masyarakat untuk terbang. Jadi ini bukan hanya tentang mengurangi emisi karbon, tetapi juga tentang ekonomi sirkular — masyarakat dapat menukar minyak jelantah menjadi rupiah, yang kemudian diolah menjadi bahan bakar efisien dan berkelanjutan,” jelas Agung.
Dukung Target Net Zero Emission 2060
Langkah Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar hijau menjadi bagian penting dari transformasi energi nasional. Program ini memperkuat ketahanan energi, membuka lapangan kerja baru, dan mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060 yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia.
“Ini adalah perjalanan transformasi Pertamina untuk mendukung agenda nasional bahan bakar nabati. Langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi pelopor energi bersih di kawasan Asia Tenggara,” tegas Agung.
Dengan berbagai inovasi tersebut, Pertamina tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga menegaskan komitmennya untuk menghadirkan solusi nyata terhadap perubahan iklim global. Dari minyak jelantah yang biasa dibuang menjadi bahan bakar pesawat ramah lingkungan, Pertamina membuktikan bahwa transisi energi hijau bukan lagi sekadar wacana, melainkan kenyataan yang terus berkembang. (*)
.jpg)
