Listrik Indonesia | Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menyampaikan bahwa ketahanan energi Indonesia saat ini masih dalam kategori tahan. Sekalipun saat ini Indonesia masih melakukan impor minyak mentah. Hal tersebut ia ungkapkan dalam acara Energy Corner, Selasa (11/06/2024).
Untuk memenuhi kebutuhan domestik, Indonesia memang masih bergantung pada impor minyak mentah. Sebab produksi minyak mentah nasional dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Meski demikian, untuk ketahanan energi nasional saat ini masih berada dalam kategori tahan. Setidaknya indeks ketahanan energi RI berada di skor 6,61.
"Sekarang alhamdulillah kita sudah masuk ke kategori tahan. Tapi nanti kalau impornya tambah banyak gitu ya bisa balik ke kurang tahan gitu. Ini kan bahaya begitu," kata Djoko
Oleh sebab itu, alih alih menggeser target 1 juta barel per hari dari yang sebelumnya ditetapkan pada 2030 menjadi 2032, lebih baik SKK Migas mempercepat upaya peningkatan produksi.
"Jadi itu masalahnya kita harus mempercepat bukan memundurkan begitu," kata Djoko.
Sebelumnya, Djoko menjelaskan dalam mengukur indeks ketahanan energi, para pakar energi menggunakan 4 variabel. Pertama, adalah Availability, yakni dari ketersediaan sumber energi dan energi baik dari domestic maupun luar negeri.
Kedua, Accessibility, yaitu dari kemampuan untuk mengakses sumber energi infrastruktur jaringan energi, termasuk tantangan geografis dan geopolitik.
Ketiga, Affordability yaitu dari keterjangkauan biaya investasi energi, mulai dari biaya eksplorasi, produksi dan distribusi hingga keterjangkauan konsumen terhadap harga energi.
Keempat, Acceptability yaitu berdasarkan penggunaan energi yang peduli lingkungan, termasuk penerimaan masyarakat.
"Impor itu kita masih LPG, minyak mentah, dan bensin. Di program NZE itu kita akan kurangi impor bensin dengan kendaraan listrik, LPG dengan kompor listrik," ujarnya.
