Batubara, Penopang Fiskal di Tengah Wacana Energi Bersih

Batubara, Penopang Fiskal di Tengah Wacana Energi Bersih
Batu bara.

Listrik Indonesia | Batubara masih menempati posisi penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia, sebagai salah satu produsen batubara terbesar di dunia, memiliki sumber daya sekitar 97,96 miliar ton dengan cadangan mencapai 31,9 miliar ton.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tri Winarno, mencatat tren produksi yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. 

"Tahun 2024, (produksi batubara) kita mencapai peak-nya di angka 836 juta ton produksi. Saat ini (tahun 2025) kita menargetkan 739 juta ton dan pada saat ini sudah mencapai 509 atau 68 persen dari total produksi yang kita targetkan," ujar Tri saat membuka acara CoalTrans Asia 2025 di Jimbaran, Bali, Senin (22/9).

Kontribusi batubara terhadap penerimaan negara juga signifikan. Tri menyebutkan sekitar 70 persen Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor pertambangan berasal dari industri ini. Pada 2024, penerimaan dari batubara mencapai sekitar Rp143 triliun, sementara untuk 2025 pemerintah menargetkan Rp123 triliun. Jika ditambahkan dengan pajak dan pungutan lain, total kontribusi industri batubara diperkirakan lebih dari Rp250 triliun.

Selain fiskal, batubara juga menjadi sumber energi utama untuk pembangkit listrik. Energi listrik dari batubara menopang sejumlah sektor industri domestik seperti kertas, semen, tekstil, hingga smelter. Data Minerba menunjukkan, kebutuhan batubara untuk smelter yang semula sekitar 5 juta ton diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 60 juta ton di masa mendatang.

Di sisi lain, pemerintah tetap menyiapkan kebijakan pengurangan ketergantungan pada energi fosil. Meski demikian, batubara tidak serta merta dihapuskan. Justru, arah kebijakan diarahkan pada pemanfaatan batubara yang lebih bersih serta pengembangan hilirisasi.

"Industri hilirisasi yang kita harapkan beberapa hal dari batubara baik untuk industri Dimethyl Ether (DME) misalnya, seperti kita ketahui bahwa kita mengimpor hampir 6 sampai 7 juta ton LPG setiap tahunnya. Diharapkan itu menjadikan suatu peluang dimana batubara dapat menggantikan LPG. Di samping itu, ada beberapa hal yang bisa kita kembangkan untuk metanol. Kemudian PTBA kemarin melakukan untuk pupuk asam humat dan mungkin industri-industri lainnya yang berbasis batubara yang dapat kita kembangkan dalam rangka menuju transisi downstream industri batubara ini," jelas Tri.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Batu bara

Index

Berita Lainnya

Index