Listrik Indonesia | Transportasi laut memainkan peran penting dalam mendukung keberlanjutan pasokan energi nasional, terutama bagi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang bergantung pada pasokan batubara. Dalam konteks geografis Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau, tantangan cuaca ekstrem, keterbatasan infrastruktur pelabuhan, serta kompleksitas regulasi menjadi hambatan signifikan dalam kelancaran distribusi energi.
Direktur Utama PT Pelayaran Nasional Lautan Kumala (PNLK) Hadi Prayitno menyampaikan langkah mitigasi yang dijalankan perusahaannya untuk menghadapi berbagai tantangan dalam kegiatan pelayaran. Hal tersebut ia ungkapkan Dalam wawancara bersama Majalah Listrik Indonesia, dikutip pada Senin (13/10/2025).
Ia menjelaskan bahwa PNLK menyiapkan strategi menghadapi hambatan cuaca, keterbatasan infrastruktur, dan dinamika regulasi yang kerap muncul dalam rantai pasok energi nasional.
Menurut Hadi, pemantauan cuaca secara real-time dan penyesuaian rute pelayaran menjadi langkah penting untuk menjaga kelancaran distribusi batubara ke berbagai pembangkit. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penggunaan armada Tug and Barge berukuran besar (minimal 365 feet), Self Propeller Barge, atau kapal berjenis Handysize yang dinilai lebih mampu menahan kondisi cuaca ekstrem, terutama di wilayah perairan selatan Jawa.
“Untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur, PNLK melakukan investasi pada armada yang sesuai serta pemanfaatan teknologi logistik dan pelayaran. Sementara itu, dalam menghadapi hambatan regulasi, PNLK memastikan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, menjaga komunikasi aktif dengan otoritas terkait, serta menyiapkan dokumen dan perizinan secara lengkap,” ujar Hadi, yang merupakan lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Angkatan 30 itu.
Sebagai mitra PT PLN (Persero), PNLK berperan dalam mendistribusikan batubara ke berbagai pembangkit listrik di seluruh Indonesia. Jangkauan distribusi tersebut mencakup PLTU yang tersebar di Sumatra bagian barat dan utara, Jawa bagian utara dan selatan, Kalimantan, serta wilayah timur seperti Lombok, Timor, Ambon, dan Maluku.
Saat ini, PNLK memiliki satu set armada tugboat dan tongkang. Namun, untuk memenuhi kebutuhan transportasi PLN yang semakin meningkat, perusahaan juga menyewa kapal dengan berbagai kapasitas melalui skema time charter. Armada yang digunakan meliputi kapal berukuran Handysize (17.000–48.000 DWT), Self Propeller Barge (8.000–12.000 DWT), serta Tug and Barge berkapasitas 7.500–18.000 DWT.
Dalam tiga tahun terakhir, peningkatan kapasitas angkut PNLK menunjukkan perkembangan yang signifikan. Pada 2022, volume pengiriman batubara tercatat 7.200 ton, meningkat menjadi 800.000 ton pada 2023, dan mencapai 1,8 juta ton pada 2024.
Melalui berbagai upaya tersebut, PNLK terus memperkuat perannya dalam mendukung ketahanan energi nasional. Strategi peningkatan efisiensi armada, kepatuhan regulasi, serta adaptasi terhadap kondisi cuaca menjadi fondasi utama perusahaan dalam memastikan pasokan batubara ke pembangkit tetap terjaga.
