Listrik Indonesia | Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) terus memperlihatkan peran strategisnya dalam memperkuat penggunaan produk dan jasa dalam negeri. Sepanjang 2020 hingga 2025, nilai kontrak pengadaan di sektor ini tercatat menembus sekitar Rp725 triliun, dengan porsi belanja dalam negeri mencapai 59 persen atau setara Rp388 triliun.
Vice President Dukungan Bisnis SKK Migas, Maria Kristanti, menyampaikan bahwa capaian tersebut mencerminkan konsistensi industri hulu migas dalam mendukung kebijakan peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), sekaligus berkontribusi terhadap penguatan ekonomi nasional dan daerah.
Menurut Maria, penerapan TKDN di sektor hulu migas tidak hanya berdampak pada industri manufaktur berskala besar, tetapi juga membuka ruang bagi tumbuhnya usaha kecil dan menengah serta memperluas penyerapan tenaga kerja lokal. “Belanja di dalam negeri menjadi instrumen penting untuk menciptakan efek ekonomi yang lebih luas,” ujarnya, Senin (29/12/2025).
Di tingkat regional, kontribusi tersebut terlihat nyata di Jawa Timur. Provinsi ini tercatat sebagai salah satu daerah dengan aktivitas belanja hulu migas yang cukup besar. Dalam periode 2020–2025, nilai belanja industri hulu migas di Jawa Timur mencapai sekitar Rp9 triliun, dengan tingkat TKDN mencapai 63 persen.
Maria menjelaskan, belanja hulu migas memberikan dampak berantai ke berbagai sektor pendukung. Penyerapan tenaga kerja lokal mencapai 94 persen, sektor transportasi berkontribusi 87 persen, perhotelan dan akomodasi 88 persen, sementara keterlibatan usaha kecil dan menengah mencapai 53 persen.
“Setiap proyek hulu migas akan menggerakkan ekosistem ekonomi di sekitarnya. Ketika pengadaan dilakukan di dalam negeri, manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat lokal,” katanya.
Untuk memperluas keterlibatan pelaku usaha daerah, SKK Migas juga menerapkan kebijakan afirmatif dalam proses pengadaan. Paket tender dengan nilai hingga Rp50 miliar diarahkan untuk memprioritaskan pelaku usaha kecil dan menengah di wilayah provinsi tempat KKKS beroperasi, tanpa mengabaikan aspek keselamatan kerja, mutu, dan risiko proyek.
Maria menambahkan, fluktuasi capaian TKDN dari tahun ke tahun merupakan hal yang wajar mengingat karakter proyek hulu migas yang beragam. Kebutuhan teknologi khusus dan jenis pekerjaan tertentu kerap memengaruhi besaran TKDN dalam setiap proyek.
Meski demikian, ia menegaskan tren peningkatan TKDN di industri hulu migas terus menunjukkan arah yang positif. Ke depan, SKK Migas berkomitmen memperkuat sinergi dengan KKKS, pemerintah daerah, serta pelaku usaha nasional agar implementasi TKDN berjalan lebih efektif, berkelanjutan, dan memberikan dampak nyata bagi perekonomian nasional maupun daerah.

