Listrik Indonesia | China National Nuclear Corporation (CNNC), perusahaan milik negara yang menjadi tulang punggung industri nuklir Tiongkok, kini disebut-sebut tengah menaruh minat untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Berkantor pusat di Sanlihe, Beijing, CNNC selama ini dikenal sebagai pemain global yang tak hanya mendominasi pasar domestik, tapi juga agresif berekspansi ke berbagai negara.
Didirikan dengan persetujuan Dewan Negara Tiongkok, CNNC memegang peranan strategis dalam pengembangan teknologi nuklir nasional. Hingga akhir 2019, CNNC mengoperasikan 22 unit PLTN dan tengah membangun 6 unit lainnya, dengan total produksi listrik mencapai 136,2 miliar kilowatt jam dalam setahun. Prestasi operasionalnya pun diakui dunia internasional, di mana 9 unit reaktor CNNC meraih nilai sempurna dalam evaluasi indeks komprehensif World Association of Nuclear Operators (WANO).
Tak hanya di sisi pembangkitan listrik, CNNC juga menjadi pelopor di sektor hulu industri nuklir. Mereka sukses membangun pusat produksi bahan bakar nuklir modern, termasuk pengembangan elemen bahan bakar AP1000 dan teknologi pemurnian serta konversi uranium yang telah diterapkan secara industri. Salah satu pencapaiannya adalah berdirinya tambang uranium berskala kiloton pertama di Yili, Xinjiang, yang menjadi fondasi penting bagi kemandirian energi nuklir Tiongkok.
CNNC dikenal memiliki rantai industri nuklir yang lengkap. Mulai dari konstruksi PLTN, instalasi peralatan, hingga layanan pemeliharaan, semuanya dikelola dengan standar tinggi. Hingga 2019, CNNC tercatat mengoperasikan dan membangun 59 unit PLTN di dalam negeri dengan kapasitas terpasang mencapai hampir 60 GW. Di kancah internasional, CNNC telah mengekspor 7 unit reaktor ke Pakistan dengan kapasitas total 4,63 GW, serta menyuplai layanan teknik sipil dan industri ke lebih dari 30 negara.
Dalam pengelolaan limbah radioaktif, CNNC menorehkan tonggak sejarah baru. Fasilitas pertama Tiongkok untuk immobilisasi limbah radioaktif tingkat tinggi dalam bentuk kaca resmi beroperasi di Guangyuan, Sichuan. Teknologi ini menempatkan Tiongkok sejajar dengan negara-negara maju seperti AS, Prancis, dan Jerman, dalam pengelolaan limbah nuklir secara aman dan ramah lingkungan.
Selain di sektor energi, aplikasi teknologi nuklir CNNC merambah hingga ke bidang medis dan industri. Mereka menguasai 70 persen pangsa pasar radiofarmasi di Tiongkok, serta menjadi satu-satunya produsen sumber radioaktif untuk keperluan medis di negeri tersebut. Di sektor iradiasi industri, lebih dari 100 dari 130 fasilitas iradiasi di Tiongkok dirancang oleh CNNC.
Dengan rekam jejak yang kuat, langkah CNNC melirik pasar Indonesia untuk pembangunan PLTN menjadi sorotan. Jika terealisasi, kolaborasi ini berpotensi membawa teknologi nuklir modern ke Tanah Air, sekaligus mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam diversifikasi sumber energi bersih di masa depan.
